Faktajurnalisa.com - Kisah Pemakaman Bayi Nabila Adriana Karenina di Kabupaten Gresik kemudian menjadi viral. Jenazab bayi perempuan berusia 2 bulan ditolak oleh warga karena dokumen non-Muslim.
Bagaimana kisah kronologis dari bayi malang tersebut? Salah satu kerabat korban, Imam (26) mengatakan kepada saudara iparnya aslinya mengalami dehidrasi dan diare. Oleh keluarga, anak itu segera terburu-buru ke salah satu rumah sakit di Menganti, Gresik.
Selama beberapa hari yang dirawat, Nabila sempat membaik. Kemudian pada hari Senin, 2 Agustus 2021 Bayi dari Robby Meinard dan Yuana Lacktogen itu akhirnya dibawa pulang.
Bayi yang lahir pada bulan Juni 2021 harus mendapatkan jadwal kontrol pada hari Rabu, 4 Agustus 2021. Tetapi karena hari bentrok dengan jam kerja Imam, akhirnya kontrol ke rumah sakit ditunda sehari.
Sehari kemudian sebuah cerita yang memilukan terjadi. Bayi Nabila yang mendapat jadwal kontrol segera ke tempat pertama untuk bayi diperlakukan untuk kondisi kritis. Manajemen meminta agar bayi segera dirujuk ke rumah sakit swasta di Surabaya. Alasannya, peralatannya tidak cukup.
"Sebenarnya saya cukup kecewa dengan RS ini, karena dari awal kan mereka yang tangani. Tapi kok malah ditolak dan diminta ke RS lain. Ditambah surat rujukan pun tidak diberikan," kata Imam, ketika bertemu di pemakaman Kristen di Jalan. Jakaa Agung, Gresik, Jumat (7/8/2021).
Harap dicatat, ketika menyelesaikan biaya rumah sakit, keluarga ini sempat pontang panting untuk mencari uang yang dibebankan selama perawatan. Jumlah biaya yang dibebankan oleh rumah sakit cukup besar untuk ukuran keluarga yang tinggal di rumah kos. Yaitu bernilai Rp. 5,3 juta.
Akibatnya, karena tidak dapat melunasi, imam meminta waktu untuk menunda pembayaran. Sebagai jaminan, pendaftaran kendaraan bermotor asli adalah satu-satunya yang dimiliki yang dikirim ke rumah sakit. Dia juga berpikir bahwa saudara perempuannya melanjutkan ke rumah sakit, biaya yang dibebankan akan lebih besar.
"Ya, sepeda motor saya yang saya berikan, tidak tahu ini lalu bagaimana. Selain itu, fotocopy Mama (Ibu Nak) juga diminta," katanya.
Setelah berhasil mengurus kebutuhan, mereka akhirnya pergi ke Rumah Sakit Surabaya. Di sana bayi Nabila mendapat perawatan. Imam, yang pada saat itu ikut serta di rumah sakit diminta oleh ibu mertuanya untuk mengambil baju balutan bayi.
"Pas saya berada di rumah ambil keperluan dan baju, istri saya menelpon jika adik bayi sudah meninggal," ujarnya. katanya.
Setelah mendapatkan berita, Imam segera kembali ke rumah sakit. Ketika ingin dikirim pulang dan segera dimakamkan, di situlah ada penolakan penduduk dan pemerintah desa setempat.
Mereka beralasan bahwa makam desa adalah tanah wakaf sehingga apa yang bisa menempati adalah Muslim.
"Bilangnya ada peratuan begitu. Setelah itu pihak aparat dan desa menyarankan agar dimakamkan di tempat Pemakaman Kristen. Di tempat itu juga, masalah biaya ditanggung sama pendetanya," katanya.
0 Komentar