faktajurnalisa.com - Seorang bocah tunanetra di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat (Sulbar) viral di media sosial (Medsos) karena hafal Alquran hingga 30 juz dan hafal perkaliannya secara acak.
Video bocah 12 tahun itu diunggah oleh tetangganya Ariadman Arhy dan kini viral di Facebook dan Instagram. Banyak netizen yang bersimpati dan memberikan dukungan kepada sang bocah di kolom komentar.
Anak laki-laki tersebut bernama Fahrul, berasal dari Dusun Palapi, Desa Lamba-lamba, Kecamatan Panggale, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.
Fahrul dikatakan memiliki kemampuan menghafal di atas rata-rata anak seusianya, hanya dengan menyimak.
Fahrul sendiri merupakan anak kedua dari Muh. Amin dengan Surapati.
Meminta bocah ini membacakan ayat Alquran yang ia hafal, hanya perlu memancingnya dengan membacakan di awal ayat tersebut, agar Fahrul dengan gesit bisa melanjutkan pembacaan ayat tersebut hingga akhir dengan lancar.
Awalnya, Fahrul belajar menghafal Alquran sendiri melalui pengeras suara masjid yang diputar di dekat rumahnya.
Dia kemudian dengan mudah menghafal bacaan Alquran dengan baik.
Untuk menambah daya hafalnya, Fahrul meminta kepada ayahnya untuk membeli pemutar audio MP3.
Ia menggunakan alat ini untuk memutar ulang Al Quran 30 juz dan Fahrul kemudian bisa menghafal seluruh isinya tanpa bimbingan guru Alquran.
Fahrul juga memiliki kemampuan layaknya kalkulator. Ucapkan saja bilangan perkalian apa saja, maka hasilnya akan ditampilkan.
Saat Kompas.com mendatangi rumah Fahrul pada Jumat (25/1/2019), Fahrul meminta izin berwudhu terlebih dahulu sebelum membaca ayat Alquran.
Dia berwudhu tanpa bantuan orang lain.
Ayah Fahrul, Muh Amin, mengatakan kemampuan menghafal anaknya mulai terlihat sejak Fahrul berusia lima tahun.
Sejak kecil Fahrul tidak suka mendengarkan musik, ia hanya tertarik mendengarkan lantunan Alquran melalui MP3 yang dibelikan ayahnya.
“Sejak kecil, dia sangat menonjol karena kemampuannya menghafal. Dia minta beli MP3 supaya lebih hafal, ”jelas Muh Amin, Jumat.
Farul tunanetra sejak lahir dan tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Ayahnya adalah petani tambak tradisional.
Untuk bisa membeli MP3 yang diminta anaknya, sang ayah juga harus bekerja keras.
Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan membuat Muh Amin bingung menyekolahkan Fahrul.
Padahal, putranya memiliki bakat luar biasa.
Menurut Muh Amin, di wilayahnya belum ada sekolah tunanetra yang bisa menjadi wadah untuk mengembangkan kemampuan dan bakat Fahrul.
Posting Komentar
Posting Komentar