faktajurnalisa.com - Sasa, mahasiswi Universitas Hasanuddin, Makassar yang videonya viral karena orasi Pancasila menanggapi viral videonya. Sasa mengaku walinya memang sedang dalam momentum penolakan Omnibus Law UU Hak Cipta (Ciptaker).
Sasa mengaku awalnya tak menyangka video itu viral di media sosial saat aksi unjuk rasa Omnibus Law yang dilakukan massa aksi dari pekerja hingga mahasiswa pada 6 hingga 8 Oktober 2020 lalu. terpenuhi untuk waktu yang lama. Namun Sasa enggan mengungkapkannya saat itu.
“Saya tahu (viral) setelah lama saya orasi. Dari orasi saya tidak ada apa-apa,” ujar Sasa kepada detikcom, Jumat (9/10/2020).
Dalam video 0,92 detik itu, Sasa terlihat mengenakan kaus obor hitam di Jalan Urip Sumoharjo Makassar. Di sekelilingnya ada sejumlah massa dan gumpalan asap dari ban yang terbakar di jalan raya. Sambil memegang pengeras suara merah, ia lalu meneriakkan suaranya tentang Pancasila yang sudah diganti.
Tendangan untuk tendangan, darah untuk darah, negara kita yang katanya negara Pancasila sekarang adalah negara pancasalah, 1 dewa tertinggi, 2 hanya kemanusiaan untuk birokrat, 3 asosiasi investor, 4 kewarganegaraan dipimpin oleh kebijaksanaan penindasan dalam musyawarah diktator , 5 keadilan sosial bagi seluruh warga kelas atas, ”ujar Sasa dalam sambutannya disambut tepuk tangan massa yang beraksi.
Meski sempat viral, Sasa mengaku tidak tabu berpidato seperti yang ada di video viral tersebut. Namun, ia terkejut karena foto dan video dirinya saat berpidato yang ramai di media sosial saat demo penolakan Omnibus Law pada 6 hingga 8 Oktober lalu.
“Saya kira hanya orang terdekat saya yang sadar bahwa saya dulu mengatakan hal seperti itu, dan ada orang yang memotretnya. Karena foto-foto ini tersebar jauh setelah saya mengatakan sesuatu, maka saya terkejut,” ujarnya.
Lebih jauh Sasa mengungkapkan sejak awal mulai menyadari aksinya viral di media sosial.
“Kalau lagi sibuk saya jarang pegang hp. Jadi saya di kantor, banyak notifikasi yang masuk, malam saya buka, 2 hari yang lalu semua orang luar yang menerbitkan, bukan orang Makassar, saya tidak menyadarinya. (mengapa demikian), "katanya.
“Mungkin karena momentum (ada demo) Omnibus Law dan mungkin jarang melihat subjek semacam ini, orasi perempuan dan sebagainya,” lanjutnya.
Sasa membenarkan bahwa dirinya mengaku tidak malu dengan viralnya di media sosial. Namun, ia mengaku sempat khawatir karena banyak media yang mengungkap fakta lain tentang dirinya di luar video viralnya.
“Dan menurut saya itu bukan masalah (orasi viral), karena saya sudah menyadari akibatnya kalau berani mengatakan itu tentu akan ada orang yang membeberkannya, saya sudah menyadari akibatnya,” jelasnya.
“Satu-satunya masalah yang saya miliki adalah media arus utama sekarang, media besar, banyak karena media mencoba membingkai diri mereka sendiri dan membuat berita buruk tentang saya, maka semua keburukan saya sedang diselidiki, nah misalnya, katanya saya preman di kampus, "katanya.
Sasa pun mengaku keberatan jika informasi pribadinya disebarluaskan ke publik karena tindakannya yang viral.
“Misal (ada media) untuk narasi, apapun yang saya pakai di area aksi juga dipublikasikan, ya maksud saya tidak mutlak untuk dinarasikan. Orang-orang tidak benar-benar tahu apa yang saya kenakan hari itu dan mengapa harus. jadi detailnya, "pungkasnya.
0 Komentar